Resensi Novel: Sengsara Membawa Nikmat
Penulis: Tulis Sutan Sati
Penerbit: Balai Pustaka
Tebal: 192 halaman
Genre: Sastra lama
Cetakan: Enam belas, 2004
Sinopsis
Novel Sengsara Membawa Nikmat- Roman karya Tulis Sutan Sati ini berkisah
tentang dua orang pemuda, Midun dan Kacak yang saling bermusuhan. Midun anak miskin, berbudi baik,
sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah agama. Midun juga sangat pandai memainkan
silat. Sementara Kacak adalah
anak seorang kaya, mamaknya menjadi penghulu Laras di daerah itu sehingga tak
heran jika Kacak menjadi sombong dan bangga dengan kekayaan yang dimiliki oleh
keluarganya. Kacak juga selalu
ingin menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat perbedaan dua karakter itu,
wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati Midun dari pada Kacak.
Karena Midun lebih disukai orang,
Kacak menjadi sangat iri. Pangkal
dari permusuhan di antara mereka, adalah karena Midun sangat disukai masyarakat
sedangkan Kacak tidak.Sebaliknya, Kacak justru beranggapan bahwa penyebab ia
tidak disukai dirinya oleh masyarakat adalah akibat hasutan Midun kepada
masyarakat agar membenci dirinya. Maka
pertengkaran-pertengkaran pun tak terelakkan.
Pada suatu hari Midun memukul roboh
seorang laki-laki gila yang mengacau di pasar.Kesempatan itu dipergunakan oleh
Kacak untuk mengadu kepada Tuanku Laras agar Midun dihukum. Karena orang gila itu masih sekeluarga
dengan Tuanku Laras, maka pengaduan Kacak itu diterima. Dan Midun pun dihukumlah.
Hukuman yang diterima Midun tidak
membuat Kacak berhenti. Kacak
masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya. Tidak jarang pula Kacak selalu mencari
gara-gara untuk memancing agar Midun emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran Midun-lah semua
pancingan Kacak tidak pernah ditanggapinya. Midun
selalu ingat nasihat Haji Abbas guru mengajinya dan Pendekar Sutan seorang
jagoan silat di kampungnya. Midun
beranggapa bahwa ilmu silat yang dimilikinya tidak untuk berkelahi dan mencari
musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari, istri Kacak terjatuh ke
dalam sungai dan ia hampir terbawa arus. Pada
saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian berusaha
menyelamatkan wanita itu.Namun pertolongan Midun ditanggapi oleh Kacak. Ia bahkan menuduh Midun akan
memperkosa istrinya, sehingga Kacak justru menantang Midun untuk berkelahi.
Dalam perkelahian itu Midun berhasil
mengalahkan Kacak. Kekalahan
membuat Kacak semakin menyimpan dendam. Kacak
melaporkan kejadian itu kepada Tuanku Laras. Ia
memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku laras percaya dengan laporan
Kacak sehingga Midun mendapat hukuman bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah.
Selama Midun menjalani hukuman itu,
Kacak ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengawasi Midun. Tentu saja kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh Kacak. Kacak
memiliki kesempatan yang besar untuk mencelakai Midun. Tiap hari Kacak menghina dan berlaku
kasar terhadap Midun. Midun
menerima semua itu dengan tabah.
Hingga di sini Kacak belum juga
puas. Ia tidak rela jika Midun
masih berada di kampung itu.Keberadaan Midun menjadi penghalang untuk kacak
untuk berbuat sesuka hati di kampung mereka. Karena
itulah Kacak terus berusaha melenyapkan Midun untuk selama-lamanya.Untuk itu, Kacak
menyewa seorang pembunuh bayaran bernama Lenggang untuk melenyapkan jiwa Midun. Kesempatan terbuka untuk Kacak untuk
melampiaskan nafsunya itu. Ketika
Midun dan Maun sahabatnya sedang menonton pacuan kuda di Bukittinggi, secara
tiba-tiba mereka diserang oleh Lenggang, perkelahian pun terjadi. Mereka kemudian ditangkap oleh tentara
kompeni dengan tuduhan membuat huru-hara. Midun
dan Lenggang dijatuhi hukuman penjara di Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan
karena sengaja tidak dilibatkan oleh Midun dalam hal itu.
Di dalam penjara Midun mendapatkan
perlakuan yang tidak wajar. Begitu
masuk ia sudah diadukan dengan Si Ganjil jagoan di penjara itu. Tetapi untung Midun dapat
mengalahkannya. Sehingga seisi
penjara menjadi segan terhadapnya. Namun
ia masih saja menerima perlakuan yang menyakitkan dari sipir-sipir penjara. Berkat nasihat-nasihat dari Gempa Alam
sipir yang membawanya ke penjara itu, Midun akhirnya tabah juga menghadapi
cobaan-cobaan hidup itu.
Ketika Midun sedang melakukan
pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu jalan, ia menemukan seuntai kalung
berlian. Ternyata kalung itu
milik seorang gadis bernama Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun terjadilah di antara
mereka. Dan begitu Midun sudah
selesai menjalani masa hukumannya, Halimah meminta kepada Midun supaya
melarikan diri dari rumah. Karena
dia ingin dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki Belanda yang sejak dahulu
mengurus dirinya dan ibunya. Hasrat
laki-laki Belanda itu dikemukakan setelah ibu Halimah meninggal ketika Midun
masih di dalam penjara.
Atas pertolongan Pak Karto petugas
bagian dapur penjara, mereka berhasil melarikan diri ke Jawa dan kemudian pergi
ke Bogor menemui ayah Halimah seorang bekas pensiunan Wedana. Di sana mereka diterima dengan baik. Midun diminta tinggal di rumah itu. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu
tinggal di rumah itu bila hanya untuk menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun memutuskan untuk pergi dari
rumah itu mencari pekerjaan.
Midun mencoba mencari pekerjaan ke
Jakarta. Dalam perjalanan ke
Jakarta, Midun berkenalan dengan seorang saudagar Arab yang kaya raya, yang
sebenarnya adalah seorang rentenir. Tanpa
berprasangka buruk, Midun menerima tawaran Syekh itu yang akan meminjami uang
sebagai modal. Dengan modal hasil
pinjaman dari orang Arab itu, Midun membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun
berkembang pesat sehingga membuat syekh Arab itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan
jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun
menolak karena hutangnya telah dihitung berlipat ganda. Gagal menagih Syekh menagih dengan
cara lain, ia bersedia Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun
menyerahkan Halimah kepadanya. Tentu
saja ini membuat Midun dan halimah marah. Akhirnya
orang Arab itu mengadukannya ke Kompeni, dan Midun ditahan.
Setelah dari tahanan, suatu ketika
Midun sedang beralan-jalan di pasar baru. Di
sana ia melihat seorang pribumi yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda. Ketika melihat Sinyo Belanda terdesak,
Midun menolongnya. Sinyo Belanda
selamat. Ternyata kemudian
diketahui bahwa orang tua sinyo itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda terima kasih, Midun
ditawari kerja di sana sebagai sekretaris. Tak
lama kemudian Midun mempersunting Halimah. Kerja
Midun dipindahkan menjadi Menteri Kebijakan di Tanjung Priok.
Ketika Midun sedang melaksanakan
tugasnya ke Medan untuk melacak gerombolan pengedar opium, Midun bertemu dengan
Manjau adiknya. Lewat adiknya
Midun mengetahui bahwa ayahnya sudah meninggal, harta kekayaan peninggalannya sudah
habis.Selain dipakai untuk hidup sehari-hari juga karena diambil oleh keponakan
ayahnya yang merasa hak mendapatkan waris. Juga
tingkah laku Kacak yang kini sudah menjadi Tuanku Laras menggantikan mamaknya,
semakin menjadi-jadi. Manjau dan
Miun yang kini sudah kawin dengan adik Midun selalu menjadi sasaran kekejaman
Kacak.
Sekembalinya ke Betawi, Midun
mendatangi Hoofd-commissaris untuk mengutarakan keinginannya pindah ke
Bukittinggi, dengan alasan mau bekerja di tanah kelahirannya.Kantor itu
mngijinkan. Maka kemudian Midun
sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan
oleh Asisten Resident Bukittinggi ia ditempatkan sebagai Asisten Demang di
daerahnya.Tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak musuhnya. Karena malu dan takut, kecurangannya
menggelapkan uang negara terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi
meninggalkan daerah itu, dan tak pernah kembali lagi.
Setelah berkumpul kembali dengan
seluruh keluarga dan para sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri itu
dengan gelar Datuk Paduka Raja.
Unsur
instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tema: Kesabaran seseorang dalam menerima
penderitaan
Tokoh dan Penokohan:
1. Midun adalah seorang pemuda sopan, sopan,
taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung
yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang memiliki
sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, dan suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru
ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda sopan, sopan, dan
taat kepada ajaran agama. Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia
tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan
taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat
Midun saat dipenjara di Jakarta. Dia memiliki hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar
kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang
rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni
dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia memiliki hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung
Midun.
Alur: Maju
Latar: Latar tempat
a. Lapangan (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta
Amanat: - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan
karena tak ada kehidupan yang tanpa tes atau cobaan, dan percayalah bahwa
dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa
nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini sering kali menjerumuskan orang di
lembah kesengsaraan. Sudut Pandang: Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa
Nikmat yaitu sudut pandang orang ketiga.
Sebab penulis menggunakan kata itu sebagai kata
ganti orang ketiga.
Unsur ekstrinsik
novel Sengsara Membawa Nikmat
Moral
-
Moral baik
-
Baik budi
Kalimat pembuktian: "sungguh amat baik
benar budi bahasa orang belanda itu" (hal 133)
-
Memberikan uang
Kalimat pembuktian: "perempuan itu
memberikan uang kepada Midun" (hal 108)
-
beriba hati
Kalimat pembuktian: "ujar Halimah yang
beriba hati" (hal 110)
-
Moral buruk
-
kata tidak senonoh
Kalimat pembuktian: "hai anjing, berani
engkau menggantikan tempat duduk saya?, Ayo pergi" (hal 980
-
Ingin membunuh
Kalimat pembuktian: "ia dapat terjadi akan
menghancurkan kita" (hal 78)
Halaman 17
-
Berkelahi
Kalimat pembuktian: "kebijakan bekerja
keras untuk memadamkan perkelahian itu" (hal 81)
Nilai
Agama
-
Insya allah
Kalimat pembuktian: "insya allah akan saya periksa dengan
sepatutnya, hingga menenagkan hati tuanku" (hal 52)
-
Pernikahan
Kalimat pembuktian: "benar agama
mengizinkan beristri lebih dari satu sampai empat" (hal 143)
-
berkehendak tentang agama
Kalimat pembuktaian: "bahkan jika halimah
kehendaki saya masuk orang islam pun saya suka" (hal 137)
Budaya
-
Berkasidah
Kalimat pembuktian: "terdengar suara orang
berkasidah (bernyanyi cara arab) yang hampir dilakukan setiap hari" (hal
9)
-
Kenduri
Kalimat pembuktian: "begini maun! Waktu
kenduri di mesjid tempo hari, bukankah engkau duduk dengan saya" (hal 10)
-
Tolong menolong
Kalimat pembuktian: "sudah umum pada orang
kampong itu, manakala ada pekerjaaan berat suka tolong-tolongan
Keunggulan
dari novel Sengsara Membawa Nikmat ini adalah jalan ceritanya yang menggambarkan
tentang kejadian-kejadian dalam kehidupan seseorang. Novel ini menceritakan
tentang perjuangan seorang anak muda yang disukai banyak orang melawan
seseorang anak lainnya yang mudah dendam dan dengki serta menghalalkan segala
cara untuk menjatuhkan orang lain. Novel ini memotivasi para pembacanya. Pada
novel ini juga kental akan tradisi atau adat Minangkabau yang menjadi latar
cerita pada novel ini. Memang sudah menjadi ciri khas novel tahun 20-an yang
menggunakan unsur sastra lama seperti adat dan bahasa melayu yang sangat
kental.
Kelemahan novel ini adalah
penggunaan bahasa melayu yang sulit untuk dimengerti. Penggunaan bahasa melayu khususnya
bahasa Minangkabau yang sangat kental membuat tidak semua orang dapat mengerti
arti kata-katadalam novel ini.Ada beberapa kata yang tidak dapat diartikan atau
dimengerti masyarakat umum sehingga membuat pembaca tidak dapat mengerti secara
keseluruhan isi novel tersebut.
No Response to "Resensi Novel: Sengsara Membawa Nikmat"
Posting Komentar